Home »
Review Film
» Mad Max: Fury Road: Ketika Dunia Berjalan Secara Anarkis
Mad Max: Fury Road: Ketika Dunia Berjalan Secara Anarkis
Written By Admin on Thursday, 14 May 2015 | 18:56
Memandang dunia sebagai sesuatu yang anarkis memang telah menjadi bagian dari sejarah kehidupan manusia itu sendiri. Hanya saja, kondisi saat ini tentu sudah jauh dari gambaran tersebut. Namun, di film terbaru garapan sutradara George Miller yang berjudul Mad Max: Fury Road, kondisi dunia yang anarkis itu coba kembali divisualisasikan.
Seorang pria bernama Max Rockatansky (Tom Hardy) dikisahkan terjebak dalam kehidupan dunia yang telah carut marut. Di mana perang nuklir yang tadinya tak pernah terbayangkan akhirnya terjadi. Alhasil, bumi menjadi terkontaminasi dan sebagian tak layak huni serta didominasi oleh padang pasir. Dunia pun menjadi anarkis, semua manusia berebut kekuasaan dan sumber daya alam, terutama air dan minyak.
Ketika beberapa kelompok manusia berusaha berkuasa dan menjadi 'predator' atas yang lain, Max lebih memilih bertahan hidup dengan terus lari dan menghindar. Itulah keahlian utamanya. Hingga pada akhirnya ia menjadi buruan kelompok paling kejam yang di pimpin oleh Immortan Joe (Hugh Keays-Byrne). Max pun akhirnya tertangkap dan menjadi donor darah bagi pasukan Joe yang disebut WarBoys.
Di tubuh kelompok Immortan Joe ternyata ada pembangkang yang ingin lepas dari kekejaman Joe dan membuat dunia lebih baik. Dia adalah Imperator Furiosa (Charlize Theron). Melalui pemberontakan yang dilakukan oleh Furiosa inilah akhirnya Max berhasil lolos bersama. Tetapi, pelarian mereka itu tak mudah lantaran Furiosa ternyata juga ikut membawa lima selir kesayangan Immortan Joe dan akhirnya pun mereka dikejar.
Secara keseluruhan film remake ini bisa dikatakan jauh lebih kompleks dan menawarkan dimensi yang jauh lebih luas dibanding yang sebelumnya. Mulai dari sisi cerita, tempat kejadian, hingga karakter yang yang ada di dalamnya. Apa yang dihasilkan oleh George Miller ini adalah sebuah thriller yang tidak hanya berkisah soal Max sebagai manusia, tetapi juga soal kehidupan politik, sosial, dan ekonomi yang anarkis.
Hal yang paling terasa ketika Anda menonton film ini adalah jaminan lelah layaknya Anda seperti sehabis berolahraga. Capek, namun menyenangkan dalam pikiran dan hati. Pasalnya, Anda tidak akan dibuat jenuh dengan banyak dialog layaknya film drama. Anda justru akan disuguhkan aksi kejar-kejaran mobil dan tembak-menembak yang nyaris tanpa jeda. Dialognya minim, namun efektif dan mampu bercerita.
Selain itu, ada pula beberapa unsur kejutan di dalam film ini. Dalam arti, ada beberapa scene yang mungkin Anda merasa bisa menebak arahnya, namun ternyata Anda salah. Kemudian, meski film ini menampilkan banyak adegan anarkis dan kejam, tapi dapat dipastikan film ini tidak mengandung unsur seks dan tidak banyak menampilkan adegan berdarah yang membuat Anda mual dan tidak nyaman.
Unsur menarik lain adalah adanya karakter gitaris di film ini yang bisa 'mencairkan' suasana. Walau terkesan sedikit absurd, kehadiran tokoh gitaris ini sangat menghibur. Menariknya, musik heavy metal yang dihasilkan gitaris inilah yang menjadi backsound film tersebut dan menyertai setiap adegan seru di dalamnya. Jadi, Anda mungkin akan bereaksi mengerutkan dahi dan tersenyum atau malah tertawa ketika melihatnya.
Sementara untuk soal akting, dua aktor utama, Tom Hardy dan Charlize Theron sepertinya tidak perlu dibicarakan lagi. Yang justru bisa dikatakan mencuri perhatian adalah Nicholas Hoult yang berperan sebagai Nux, salah satu anggota Warboys. Pembawaannya sebagai karakter jahat, namun memiliki hati yang baik ini menjadi keunikan tersendiri di film Mad Max: Fury Road.
Apakah Max dan Furiosa berhasil keluar dari kejaran Immortan Joe? Penasaran dengan akting dari Nicholas Hoult?
0 comments:
Post a Comment