Banyak orang mengira, Didi Petet yang tenar lewat peran si Kabayan dalam film Kabayan Saba kota dan sekuel-sekuelnya serta peran banci Emon di Catatan si Boy, seorang berdarah sunda.
Dalam biografi singkat di laman filmindonesia.or.id, SM Ardan menulis, Didi anak Jawa (Tengah) yang lahir di Jawa (Timur) namun sejak SD hingga SMA tinggal di Bandung (Jawa Barat). Pria bernama asli Didi Widiatmoko ini lalu mendapat julukaan `Petet`, sebuah kata bahasa Sunda untuk menunjukkan matanya yang sipit.
Hidup Didi Petet sepenuhnya didedikasikan bagi seni panggung. Perkenalannya dengan seniman Harry Rusli membuka jalannya untuk berkecimpung di panggung teater. Selain itu, ia juga aktif di Teater Koma pimpinan Nano Riantiarno.
Banyak kenangan yang ditinggalkan aktor senior Didi Petet dalam dunia hiburan Tanah Air ini. Perannya yang paling fenomenal dan selalu diingat adalah tokoh Emon dalam film Catatan si Boy. (hafizfarihi.blogspot.com)
Ketika lulus lalu menikah (tahun 1983), Didi langsung mengabdi pada almamaternya dengan jadi dosen.
Selain teater, Didi juga aktif sebagai seniman pantomim. Ia bahkan sempat membuat grup pantomim Sena & Didi Mime bersama seniman Sena A. utoyo. Dari panggung teater dan pantomim, Didi muda lalu hijrah ke seni peran di layar gelas.
Didi Petet mulai menarik perhatian ketika main dalam Karina dan sinetron serial Losmen. Dari situ pintu ke layar lebar terbuka. Ia pertama kali main film lewat Semua Karena Ginah (1985).
Dua tahun berselang, 1987, ia didaulat menjadi peran pendukung di film drama remaja, Cinta Anak Zaman. Di film yang dibintangi Paramitha Rusady dan Donny Damara itulah, akting Didi mulai mencuri perhatian para kritikus film. Sebagai bentuk apresiasi terhadap bakat aktingnya, Didi dinobatkan sebagai Pemeran Pembantu Terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia 1988.
Didi Petet
Tahun 1987 pula, Didi mendapat peran yang mengubah jalan hidupnya. Peran itu sebagai cowok kemayu Emon di film Catatan si Boy. Karakter Emon dimainkan begitu sempurna oleh Didi. Aktingnya begitu mencuri perhatian. Di tengah para bintang tampan dan cantik--seperti Onky Alexander, Merriam Bellina serta Paramitha Rusady maupun Dede Yusuf--sosok Didi jadi pengundang tawa sebagai tokoh banyolan dalam pakem klasik cerita panggung.
Akting sebagai Emon membuahkan piala Aktor Pembantu Terpuji bagi Didi di ajang Festival Film Bandung 1988. Sejak Emon peran banci seolah melekat pada Didi. Ia main beberapa lagi film Catatan si Boy (1989, 1990 dan 1991).
Didi Petet di film Catatan si Boy sebagai Emon
Peran lain yang membuatnya begitu tenar adalah Kabayan. SM Ardan mencatat, Didi "merasa" menemukan peran yang pas lewat cerita rakyat Sunda itu. Ia menjadi Kabayan di Kabayan Saba Kota (1989) dan beberapa sekuelnya. Setelah Kang Ibing, hanya ia yang dianggap mampu memerankan tokoh yang cerdik dan alim dari Sunda ini.
Didi Petet saat berperan sebagai Kabayan
Baik sebagai Emon ataupun Kabayan, sejatinya Didi Petet adalah Aktor dengan A besar. Ia aktor yang sesungguhnya yang ketika masuk ke sebuah peran, ia akan memainkannya dengan maksimal. Selain mengoleksi satu piala Citra, beberapa kali ia menjadi unggulan. Pertama tahun 1988 dan terakhir jadi unggulan tahun 2004 lewat Pasir Berbisik.
Waktu yang merentang hingga belasan tahun itu membuktikan Didi Petet jalan panjangnya di dunia akting. Profilnya di laman filmindonesia.or.id menyebut ia sudah membintangi 56 layar lebar, merentang dari drama remaja, komedi satir (Oom Pasikom, 1990), hingga anak-anak (Petualangan Sherina, 1999). Beberapa waktu lalu kita melihatnya di Guru Bangsa: Tjokroaminoto.
Kehilangan Didi Petet--ia meninggal sekitar waktu subuh, Jumat (15/5/2015)--adalah sebuah kehilangan Aktor besar. Semakin sedikit aktor serba bisa seperti dia. Selamat jalan, kang...
0 comments:
Post a Comment