Seorang pemuda bernama David Raskin (Jonny Weston) menemukan dirinya sulit untuk bisa kuliah di MIT. Pasalnya, pengajuan beasiwanya hanya memberikan potongan biaya yang sedikit dari biaya kuliah keseluruhan di MIT. Mengetahui hal itu, sang ibunda Kathy Raskin (Amy Landecker) memutuskan untuk mencoba menjual rumahnya demi David agar bisa kuliah di MIT. Hal ini tentu membuat David bimbang.
Di tengah kebimbangannya, ia mencoba mencari sesuatu peninggalan
almarhum ayahnya Ben Raskin (Gary Weeks) yang mungkin bisa dijual.
Dibantu sang adik, Christina (Virginia Gardner) yang selalu merekam
setiap kegiatan mereka, David justru menemukan sebuah kamera lama milik
ayahnya. Di dalamnya terdapat rekaman ulang tahun David yang ke-7. Saat
mencoba nostalgia dengan rekaman itu, David justru menemukan keanehan.
David pun akhirnya meminta bantuan dua sahabat baiknya, Quinn
Goldberg (Sam Lerner) dan Adam Le (Allen Evangelista) untuk menganalisa
keanehan itu. Hingga pada akhirnya dalam pencarian jawabannya itu mereka
justru menemukan benda yang luar biasa. Mereka menemukan mesin waktu
yang dibuat oleh ayah David. Usut punya usut, ayah David ternyata
merupakan ilmuwan yang bekerja di militer untuk spesialisasi khusus.
Mereka pun memutuskan untuk mencoba mesin waktu tersebut. Berbagai
upaya mereka lakukan hingga pada akhirnya berhasil. Awalnya, mereka
hanya mencobanya kepada benda mati. Namun, karena makin penasaran,
mereka mencobanya pada diri mereka sendiri. Di luar dugaan, ternyata hal
itu juga berhasil dan mereka pun ketagihan. Sayangnya, di tengah
keseruan mereka menjelajah waktu, ada efek samping yang ditimbulkan
aktivitas mereka itu di masa depan.
Kisah di atas merupakan sekelumit kejadian yang mengawali film sci-fi thriller terbaru berjudul Project Almanac.
Film yang disutradarai oleh Dean Israelite ini sangat menarik untuk
ditonton. Cerita maupun cast yang ditampilkan pun cukup memberikan
penyegaran. Yang unik, meski ini sci-fi, namun film ini bisa membawa
mood penonton naik turun dengan sangat baik, karena petualangan seru,
konflik persahabatan, dan kisah asmara di dalamnya.
Yang tak kalah menarik, sang sutradara bisa dibilang berhasil
membuat film ini menjadi ringan, lucu, dan menghibur kala mengangkat
tema yang sebenarnya erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi tinggi. Ini sangat terlihat kala David, Quinn, dan Adam
mencoba merakit berbagai alat dan teknologi tambahan untuk menjalankan
mesin waktu tersebut. Sangat berbeda pembawaan situasinya dengan ketika
Anda melihat film The Imitation Game (2014).
Selain itu, yang membuat film ini menjadi enak dan nyaman ditonton
adalah banyaknya guyonan-guyonan ringan dan segar yang ditampilkan para
pemain. Di titik ini, sang sutradara kembali harus diapresiasi. Para
karakter anak muda yang ditampilkan di Project Almanac
inilah yang mewujudkan hal itu. Menampilkan karakter anak muda yang
masih SMA, bersemangat, cerdas, tapi juga ceroboh membuat film ini
justru sangat menghibur untuk ditonton.
Yang pasti, mata Anda tidak akan disibukkan dengan berbagai
aktivitas penelitian, hitung-menghitung, dan observasi yang membosankan.
Mata Anda justru akan dimanjakan dengan kecanggihan teknologi grafis
yang membuat seolah-seolah penjelajahan waktu terlihat sangat nyata.
0 comments:
Post a Comment