Home » » Krisis Air, Ridwan Buru Mata Air di Bandung

Krisis Air, Ridwan Buru Mata Air di Bandung

Written By Admin on Monday 28 April 2014 | 17:48


Bandung - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil bersama Relawan Jaga Seke kini tengah menelusuri keberadaan mata air yang masih aktif di kawasan Bandung. Dari sekitar 400-an mata air di Bandung diperkirakan terdapat 77 mata air yang masih aktif. "Mata air yang tersisa itu harus ditemukan dan dihidupkan lagi," ujar Emil, sapaan akrab Ridwan, saat ditemui Tempo di Bandung, Ahad, 27 April 2014.

Relawan Jaga Seke atau dikenal dengan Relawan Penjaga Mata Air adalah gerakan penyelamatan mata air berbasis masyarakat yang bertujuan mengembalikan kembali fungsi mata air di Bandung. Para relawan bertugas untuk mencari dan melakukan upaya revitalisasi bersama Pemerintah Kota Bandung dan masyarakat di sekitar mata air. Gerakan itu diinisiasi oleh tokoh masyarakat Jawa Barat, Solihin GP, bersama tokoh Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Kota Bandung.

Ridwan mengatakan, keberadaan mata air di Bandung saat ini banyak yang tertimbun tanah, tertutup pembangunan dan beberapa terhalang trotoar. Bahkan, ada pula mata air yang lokasi sekitarnya sudah menjadi tempat pembuangan sampah seperti di kawasan Sekeloa, Bandung. Nantinya, kata Ridwan, mata air yang sudah ditemukan akan diperbaiki, dibenahi dan dipelihara dan dikelola oleh masyarakat. "Komunitas ini sangat agresiif, sudah ada banyak mata air yang ditemukan," ujanya.

Sejak April 2013 Ridwan sudah meresmikan revitalisasi konservasi sejumlah mata air di Bandung. Beberapa sumber mata air diinventarisasi oleh masyarakat sekitar dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung yaitu, dua sumber mata air di Cigadung dan Dago Timur yaitu mata air Genjer Tujuh dan mata air Kowak, mata air di Dago Jati Bandung, mata air di Sekemirung, dan mata air Ciloa, Jalan Cisitu Bandung.

Anggota Dewan Pakar DPKLTS Kota Bandung Sobirin mengatakan kondisi mata air di Bandung kini sangat kritis karena sebagian besar tertutup oleh bangunan dan berkurangnya daerah resapan air di Kawasan Bandung Utara. "80 persen mata air itu berada di KBU, sementara daerah resapan air di KBU kian menipis," ujar Sobirin.

Dia bercerita, pada tahun 1962 ketika Bandung diguyur hujan sebanyak 65 persen airnya itu meresap ke tanah sementara sisa 35 persennya meluap melalui drainase. Namun, berbeda dengan saat ini, dimana 95 persen airnya meluap dan hanya 5 persen yang meresap ke tanah.

Menurut Sobirin, salah satu cara menampung air hujan saat ini yaitu dengan membuat lubang biopori, sumur resapan, dan merevitalisasi mata air. "Yang paling utama yaitu mengubah perilaku warga terhadap lingkungan dan mengajak mereka untuk peduli mata air," ujar dia.

0 comments:

Post a Comment