Home » » Lima negara larang perayaan Hari Valentine

Lima negara larang perayaan Hari Valentine

Written By Admin on Saturday 15 February 2014 | 15:07


Hari Valentine atau disebut juga Hari Kasih Sayang dirayakan saban tahun pada 14 Februari. Ini adalah hari yang digambarkan banyak orang sebagai waktu yang tepat untuk menyatakan kasih sayang kepada seseorang.

Hari Valentine kerap dirayakan sepasang muda-mudi sedang jatuh cinta. Namun, hari tersebut juga memiliki makna lebih luas di antaranya buat menyatakan kasih dengan sesama, baik itu antara pasangan suami dan istri, orangtua dan anak, atau kakak dengan adik.

Beberapa hari sebelum Valentine, biasanya banyak toko menjual segala pernak-pernik berhubungan dengan perayaan Hari Kasih Sayang. Sebut saja mawar merah, penganan coklat, sampai cenderamata bertema hati, semua itu biasa ditemukan saat Hari Valentine.

Namun, perayaan ini kerap dilarang di beberapa negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Ini lantaran Hari Valentine tidak sesuai dengan ajaran Islam dan menimbulkan banyak kemudaratan.
Di Arab Saudi contohnya. Saban tahun, beberapa hari sebelum tanggal 14 Februari, para pejabat polisi syariah Saudi melarang toko-toko menjual barang bertema Valentine dan memerintahkan mereka untuk menghilangkan mawar merah, pembungkus kertas warna merah, kotak hadiah, dan boneka beruang dari toko mereka.

Seorang cendikiawan Saudi, Syekh Khaled al-Dossari, mengatakan perayaan Hari Valentine hanya akan mendorong hubungan tidak bermoral antara laki-laki dan wanita belum menikah.

Sementara di Iran, pemerintah Negeri Mullah itu juga menentang perayaan Hari Valentine dan menyerukan larangan pemberian hadiah atau mempromosikan segala hal berhubungan dengan Hari Kasih Sayang itu.

Sedangkan di Uzbekistan, perayaan Hari Valentine digambarkan sebagai hasil dari kekuatan dengan tujuan jahat yang bertekad mengakhiri nilai-nilai kebangsaan.

Berikut lima negara melarang perayaan Hari Valentine dilansir dari berbagai sumber :

1. Malaysia

Siswa SMK Seksyen 9 di Negara Bagian Selangor, Malaysia, sempat terkejut ketika pulang sekolah dua hari lalu. Di luar sekolah mereka ada pembagian selebaran berwarna merah jambu.

Selebaran itu berisi tulisan dengan judul Hukum Valentine's Day. Brosur berwarna merah muda itu dibagikan oleh Departemen Mufti Selangor sebagai bagian dari kampanye untuk melarang kaum muda muslim merayakan Hari Valentine, seperti dilansir situs asiaone.com, Kamis (13/2).

Kepala Asisten Mufti Mat Jais Kamos mengatakan kampanye itu bertujuan memberitahu kaum muda muslim soal aturan tahun 2006. Pada aturan itu pemerintah negara bagian memfatwakan larangan bagi kaum muda muslim merayakan Hari Kasih Sayang.

"Kami tidak ingin muda-mudi terjebak dalam perayaan Hari Valentine dengan lebih mengutamakan hubungan dua insan ketimbang mencintai anggota keluarga atau kasih sayang antara pasangan suami-istri," kata dia.

Banyak siswa menertawakan isi tulisan di selebaran yang mereka baca. Mereka mengatakan sudah tahu ada larangan itu.

"Saya kira kami semua sudah diberitahu di kelas tentang haramnya merayakan Hari Valentine," kata Mohd Ibrahim Faiq Hussein, 17 tahun, mengaku tidak pernah merayakan Hari Kasih Sayang.
Suhaidi Subeli, 16 tahun, mengatakan kampanye itu akan lebih efektif jika digelar ceramah membahas Hari Valentine.

"Selebaran itu cukup informatif tapi saya kira siswa akan memahami lebih jauh jika diadakan ceramah di kelas oleh guru," kata dia.

2. Arab Saudi

Arab Saudi telah meminta toko bunga dan toko cenderamata untuk menghilangkan semua barang bertema merah sampai setelah Hari Valentine, dan menyebut perayaan itu sebagai sebuah hari dosa.

"Sebagai muslim kita tidak boleh merayakan perayaan non-muslim, terutama yang satu ini, yang mendorong hubungan tidak bermoral antara laki-laki dan wanita belum menikah," kata Syekh Khaled al-Dossari, seorang cendikiawan Saudi, kepada surat kabar the Saudi Gazette, seperti dilansir stasiun televisi CNN, 12 Februari 2008.

Saban tahun, beberapa hari sebelum tanggal 14 Februari, para pejabat polisi syariah Saudi melarang toko-toko menjual barang bertema Valentine dan memerintahkan mereka untuk menghilangkan mawar merah, pembungkus kertas warna merah, kotak hadiah, dan boneka beruang. Pada malam sebelum Hari Valentine, polisi syariah menggerebek toko-toko dan menyita segala simbol bertema cinta.

Polisi syariah adalah sebuah bagian dari kepolisian Saudi yang bertugas untuk menegakkan kode-kode berpakaian dan pemisahan jenis kelamin. Arab Saudi, yang mengikuti interpretasi hukum Islam yang ketat disebut Wahabi, bakal menghukum wanita dan pria yang ketahuan bergaul di depan umum.

Ahmed al-Omran, seorang mahasiswa di Ibu Kota Riyadh, mengatakan kepada CNN bahwa keputusan pemerintah itu hanya akan memberikan media internasional alasan lain untuk membuat olok-olok terhadap warga Saudi. "Tetapi saya berpikir bahwa kita terbiasa dengan hal itu sekarang."

"Saya pikir apa yang mereka lakukan adalah konyol," ujar Omran, yang membuat blog 'Celana jins Saudi'. "Apa yang perlu dipelajari dari kaum konservatif di negeri ini adalah sesuatu yang disebut 'toleransi'. Jika mereka tidak melihat kebolehan merayakan kesempatan tersebut, maka baiklah, mereka harus tidak merayakannya. Tetapi mereka harus tahu bahwa mereka tidak berhak memaksakan pandangan mereka kepada orang lain."

Karena adanya larangan penjualan mawar merah, sebuah pasar gelap telah mendapat keuntungan berlipat ganda dari penjualan mawar jelang Hari Valentine. Mawar merah yang biasanya dijual dengan harga Rp 15 ribu melonjak jadi Rp 96 ribu pada 14 Februari, seperti dikutip Saudi Gazette.

"Kadang-kadang kami mengantarkan karangan bunga pada tengah malam atau dini hari, untuk menghindari kecurigaan," ucap seorang penjual bunga kepada Saudi Gazette.

3. Iran

Pemerintah Iran menentang perayaan Hari Valentine, dan menyerukan larangan pemberian hadiah atau mempromosikan segala hal berhubungan dengan Hari Kasih Sayang itu.

"Mereka yang mencetak dan memproduksi produk-produk terkait dengan Hari Valentine, termasuk poster, brosur, kartu iklan, kotak hadiah dengan simbol-simbol hati, setengah hati, merah mawar dan kegiatan-kegiatan yang mempromosikan perayaan itu dilarang," tulis serikat pekerja percetakan Iran, di bawah instruksi dari pemerintah, seperti dilansir surat kabar the Daily News, 18 Januari 2011.

"Pemerintah akan mengambil tindakan hukum terhadap mereka yang mengabaikan larangan ini," tulis peringatan dari pengumuman itu.

Larangan itu dalah upaya dari kalangan nasionalis Islam untuk menghentikan kurangnya integritas di kalangan pemuda Iran, di antaranya berbaur dengan lawan jenis yang dilarang, seperti dikutip Kantor Berita Tenaga Kerja Iran (ILNA) di Teheran.

"Menghormati perayaan budaya asing adalah penyebaran budaya Barat," kata kepala serikat pekerja percetakan, Ali Nikou Sokhan kepada ILNA. "Negara kita memiliki peradaban kuno dan berbagai hari untuk menghormati kebaikan, cinta, dan kasih sayang."

Merayakan perayaan 14 Februari, yang dimulai oleh orang Kristen, tidak dilarang. Bagaimanapun, larangan akan membuat sulit bagi para pasangan untuk bertukar bunga, permen atau pernak-pernik lainnya.

Hari Valentine telah menjadi semakin populer di kalangan kaum muda Iran dan menjadi mesin pencetak uang untuk bisnis di Negeri Mullah itu, menurut Reuters.

Beberapa telah menyarankan agar mengganti Hari Valentine dengan 'Mehregan', sebuah festival Iran dari masa pra-Islam yang merayakan 'Mehr' atau persahabatan, kasih sayang, atau cinta.

Ini bukan pertama kalinya Iran telah berusaha untuk mencegah pengaruh merusak dari budaya Barat.
Presiden Iran saat itu, Mahmud Ahmadinejad, telah menyerukan perlawanan terhadap dasi dan potongan rambut tertentu sebagai simbol berbahaya dari pengaruh Barat.

Dalam beberapa dekade terakhir, pemerintah Iran telah berupaya untuk menindak impor boneka Barbie dan mainan lainnya, di mana salah satu pejabat menyebut itu sebagai hal 'berbahaya' yang harus dihentikan.

4. Uzbekistan

Warga Uzbekistan telah dipaksa untuk mengganti perayaan Hari Valentine dengan peringatan kelahiran Kaisar Moghul Babur, yang jatuh pada hari yang sama.

Bangsa di kawasan Asia Tengah itu menggambarkan Hari Valentine sebagai hasil dari 'kekuatan dengan tujuan jahat yang bertekad mengakhiri nilai-nilai kebangsaan', seperti dikutip surat kabar the Daily News, 27 Januari 2012.

Pihak berwenang Uzbekistan, dalam upayanya untuk mempromosikan pembelajaran dan penghargaan kepada pahlawan nasional Babur, telah membatalkan beberapa acara yang sudah dijadwalkan bakal diadakan untuk merayakan Hari Valentine, termasuk konser musik Barat sangat populer dari penyanyi Rayhan.

Seorang pejabat dari Kementerian Pendidikan untuk Pencerahan dan Promosi Nilai-Nilai mengatakan kepada BBC bahwa pihaknya telah mengeluarkan keputusan internal agar tidak merayakan Hari Valentine yang asing bagi budaya Afghanistan dan sebaliknya mempromosikan hari lahir Babur.

Pemerintah telah menyelenggarakan beberapa sesi pembacaan puisi untuk memperingati ulang tahun Babur buat menggantikan perayaan Hari Valentine.

Namun, reaksi beragam muncul dari warga atas keputusan pembatalan perayaan Hari valentine.
"Itu adalah hari ulang tahun nenek moyang kami yang besar, Mohammed Zahiriddin Babur," ujar Abdullaw, seorang warga dari Ibu Kota Tashkent. "Mengapa kita harus merayakan ini dengan peringatan buatan dan belaka? Ini tidak sesuai dengan mentalitas dan sejarah kita."

Namun, banyak orang mengatakan mereka tidak menemukan ada yang salah dengan pertunjukan Rayhan.?

"Pelarangan Hari Valentine sangat menggelikan," kata wartawan Jasur Hamraev. "Selama 10 tahun dia (Rayhan) telah memberikan konser pada hari itu dan tahun ini, perayaan itu dilarang.

5. Kirgizstan

Para pejabat di Kota Osh, sebelah selatan Kirgizstan, telah melarang perayaan Hari Valentine di sekolah-sekolah setempat.

"Perayaan ini tidak pernah dirayakan dalam sejarah Kirgizstan," kata kepala departemen pendidikan Kota Osh, Kushtarbek Kimsanov, seperti dilansir kantor berita Rusia Ria Novosti, Kamis (13/2), mengutip laporan kantor berita 24.kg. "Hari Kasih Sayang itu adalah pengaruh buruk bagi moralitas anak-anak."

Kimsanov tidak menjelaskan bagaimana perayaan bertema romantis itu bisa merusak moral anak-anak, tetapi dia mengatakan dirinya telah memerintahkan kepala sekolah di ?Osh untuk memastikan tidak ada kartu Valentine muncul di lorong-lorong sekolah mereka.

Namun, ini tidak terjadi di Kota Osh saja bahwa tindakan saling bertukar bunga, permen dan pesan kasih sayang pada 14 Februari dilarang.

Beberapa sekolah menengah atas di Negara Bagian Florida, Amerika Serikat, tahun ini bergabung bersama Malaysia, Iran dan Arab Saudi dalam menerapkan larangan pada perayaan Hari Valentine.

Wilayah Belgorod di Rusia juga melarang perayaan Hari Valentine di sekolah-sekolah dan gedung pemerintah pada 2011, dan mengatakan perayaan itu hanya akan mempromisikan perzinaan.


0 comments:

Post a Comment