Bilbo Baggins (Martin Freeman) dan para sahabat kurcacinya yang dipimpin oleh Thorin Oakenshield (Richard Armitage) akhirnya berhasil kembali merebut istana dan kerajaan kurcaci dari seekor naga api besar bernama Smaug (Benedict Cumberbatch). Namun, hal tersebut ternyata menimbulkan konsekuensi yang merugikan bagi sebuah desa dekat kerajaan yang dihuni oleh ratusan manusia.
Sang naga ternyata melampiaskan kemarahannya dengan membakar
seluruh desa dengan semburan api yang dimilikinya. Hal itu juga membuat
banyak penduduk desa yang menjadi korban. Tetapi, seorang penduduk
bernama Bard (Luke Evans) dengan keberanian dan keahlian memanahnya
berhasil membunuh naga tersebut. Kematian Smaug melegakan semua penduduk
desa dan begitu juga dengan Bilbo dan para kurcaci yang ada di istana.
Sayangnya, ternyata setelah kematian naga api itu masalah lain
muncul. Harta melimpah yang ada di dalam istana kerajaan kurcaci kembali
menjadi rebutan. Baik kurcaci, kerajaan peri, dan manusia ingin
mendapatkan bagiannya masing-masing. Sayangnya, Thorin yang memimpin
kerajaan kurcaci terlalu angkuh dan serakah untuk berbagi. Inilah yang
akhirnya memicu peperangan di antara mereka.
Sementara di sisi lain, ancaman sedang mengintai mereka semua.
Kerajaan kegelapan yang dipimpin oleh Azog (Manu Bennett) ingin
menghancurkan semuanya dan merebut harta itu sepenuhnya. Melihat kondisi
itu dan setelah dibujuk oleh Gandalf (Ian McKellen), akhirnya para
kurcaci, peri, dan manusia memutuskan untuk bergabung melawan bala
tentara kegelapan tersebut dan menyudahi perselisihan mereka.
Itulah beberapa peristiwa kunci yang terjadi dalam seri ketiga dan terakhir film The Hobbit yang berjudul The Hobbit: The Battle of the Five Armies.
Film petualangan fantasi yang disutradarai oleh Peter Jackson ini
nampaknya bisa disebut sebagai film penutup trilogi dan akhir tahun yang
luar biasa. Banyak hal yang bisa membuktikan hal itu. Salah satu yang
paling menonjol adalah intensitas laga di dalam film ini.
Ya, film The Hobbit: The Battle of the Five Armies
ini layak disebut sebagai film 'Non Stop Action". Sangat jauh berbeda
dengan dua film sebelumnya. Anda akan disuguhkan perang kolosal yang
nyaris tanpa jeda. Dan yang pasti, di film ketiga ini semua hal yang
belum tuntas dan jelas di dua seri sebelumnya menemukan jawabannya. Baik
atau buruk jawabannya itu bisa Anda bisa saksikan sendiri.
Selain itu, Anda juga akan disuguhkan duel-duel apik dan seru yang
terjadi di antara para tokoh baik dan jahat. Intinya, dalam film ketiga
ini Peter Jackson berhasil memberikan sentuhan akhir yang sangat epik.
Tak lagi menampilkan petualangan seperti sebelumnya, melainkan
peperangan kolosal yang penuh dengan aksi, ketegangan, dan darah.
Belum lagi ditambah dengan penggunaan teknologi digital dan grafis
tingkat tinggi. Mata Anda akan dimanjakan dengan berbagai aksi ledakan,
sihir, harmonisasi tentara yang bebaris sangat rapi, dan monster serta
makhluk besar di film ini yang terlihat sangat nyata. Beberapa scene
juga banyak menggunakan teknologi CGI. Jadi, mata Anda dijamin tidak
akan teralihkan dengan hal apapun dan fokus untuk menonton film ini.
Hal lain yang patut diapresiasi dari Peter Jackson adalah soal
karakter Bilbo dan Azog. Jackson berhasil membuat karakter Bilbo dengan
sangat baik. Tokoh protagonis yang unik, di mana ia mungkin tak teralu
banyak terlibat, namun setiap kehadirannya menjadi sangat dibutuhkan dan
menentukan. Sementara Azog, menjadi karakter jahat yang sempurna di
film ini. Makhluk yang bengis dan sangat kejam. Perawakannya pun sudah
bisa membuat orangnya yang melihatnya antipati.
Lalu, apakah tidak ada drama sama sekali di penutup trilogi ini?
jawabannya ada. Justru inilah yang membuat film ini semakin menarik dan
komplit. Ada cinta segitiga yang terjadi di tengah konflik dan
peperangan. Itu terjadi pada Tauriel (Evangeline Lilly), Kili (Aidan
Turner), dan Legolas (Orlando Bloom).
0 comments:
Post a Comment