Gareth Evans: "The Raid 2: Berandal" Banyak Dimasukkan Drama
Written By Admin on Tuesday, 11 March 2014 | 18:20
Setelah sukses dengan “The Raid: Redemption”, sutradara asal Wales, Gareth Evans, kembali hadir melalui sekuel film “The Raid” yang berjudul “The Raid 2: Berandal”.
Dia menjanjikan cerita bakal lebih seru dari besutan pertama karena menghadirkan plot cerita yang lebih kompleks. Sejumlah aktor terkemuka ikut membintangi film ini: Iko Uwais, Julie Estelle, Yayan Ruhian, Oka Antara, Arifin Putra, Tio Pakusodewo, Ryuhei Matsuda, Kenichi Endo, Cecep Arif Rahman, dan Kazuki Kitamura.
Saat pemutaran perdana di Festival Film Sundance 2014, film “The Raid” edisi pertama yang berlatar gerakan pencak silat menuai banyak pujian dari kritikus film. Mampukah "The Raid 2: Berandal" mengulang kesuksesan pendahulunya?
sutradara Gareth Evans untuk berbagi cerita seputar pembuatan film tersebut dan kesan dirinya terhadap bela diri pencak silat. Berikut petikannya:
Setelah mendapat respons positif saat premiere di Sundance Film Festival 2014, apakah Anda optimis “The Raid 2: Berandal” akan sesukses “The Raid” pertama?
Saya berharap film “The Raid 2: Berandal” ini sukses. Pada film pertama itu nggak nyangka responsnya sangat bagus. Ketika film pertama keluar dan sukses, banyak orang yang berharap film kedua juga akan sukses.
Dalam film ini saya mencoba membuat lebih bagus lagi, plotnya lebih luas, ceritanya yang makin kompleks, dan melibatkan banyak artis. Banyak bintang-bintang terkenal seperti Julie Estelle, Tio Pakusadewo, Arifin Putra, dan Roy Marten. Jika di film pertama lebih banyak action, di film ini kita juga banyak memasukkan drama.
Selain itu, di film pertama hanya ada 4-5 orang artis, sisanya fighter. Sedangkan pada film ke-2, kita melibatkan banyak artis dan tentunya yang berpengalaman. Kita punya banyak bintang bagus. Jadi film ke-2 ini lebih spesial dari film pertama.
Para pemain di film pertama itu rata-rata background-nya adalah silat. Nah, untuk keterlibatan mereka di film kedua ini, mengingat banyak melibatkan artis berpengalaman, mereka pun harus belajar drama.
Kenapa berjudul "Berandal"?
Karena pada film ke-2 ini, tokoh Rama (Iko Uwais) harus berpura-pura menjadi seorang berandal untuk mengungkap suatu kejahatan. Berbeda dengan peran dia di film pertama yang hanya menjadi polisi untuk menangkap para penjahat.
Intinya adalah perubahan karakter dalam tokoh Rama yang harus menjadi seorang berandal.
Apa adegan tersulit dalam pembuatan film “The Raid 2: Berandal”?
Ada dua. Pertama, adegan kerusuhan di penjara. Proses syutingnya mengambil lokasi di Benteng Van Der Wijck (Gombong). Adegan ini memakan waktu hingga 8 hari. Kesulitannya, di situ ada adegan hujan, berlumpur, dan ditambah adegan bertarung. Selam 8 hari dengan full hujan dan berlumpur, kita harus mengulang adegan karena lumpurnya mengenai kamera. Jadi, harus sering diulang untuk mendapatkan gambar yang bagus.
Kedua, adegan kejar-kejaran. Kita ambil lokasi di Jakarta yang ramai seperti Kemayoran, SCBD, Kantor Kemenpora, dan Sunter. Kita syuting di tempat yang berbeda-beda, tapi kita harus tetap menutup jalan-jalan tersebut pada saat weekdays dan weekend. Pengguna jalan di Kemayoran banyak yang marah-marah karena dari 4 jalur kita harus menutup 2 jalur. Hal itu mengakibatkan kemacetan.
Selain itu, kita juga membangun halte busway di depan gedung TVRI, dekat Hotel Mulia untuk adegan kejar-kejaran, di mana mobil menabrak halte busway tersebut. Pembangunan halte itu memakan waktu satu minggu dan untuk pengambilan gambar dengan satu kali shoot, kita juga mendatangkan stuntman dari Hong Kong.
Apa adegan favorit dalam film “The Raid 2: Berandal”?
Adegan ketika final fight (pertarungan terakhir), di mana pertarungan Iko vs Cecep. Cecep Arif Rahman adalah seorang master dari silat Panglipur Garut. Saya kenal dia saat membuat dokumenter tentang pencak silat pada 2007. Sejak itu, saya ingin melibatkan dia dalam film-film saya. Namun, karena kesibukannya, jadi tidak bisa.
Tapi pada akhirnya saya bisa juga bekerja sama dengan dia dalam The Raid 2. Dia benar-benar hebat, gerakannya sangat cepat. Adegan Cecep vs Iko adalah adegan silat terbaik yang pernah saya buat. Koreografi silatnya lebih kompleks. Pada adegan ini Iko menggunakan alat kerambit yang digunakan saat film “Merantau”.
Pada film “The Raid” pertama, orang banyak berharap jika Iko bertarung dengan alat itu dan ternyata tidak ada. Maka di film ini saya masukkan adegan itu. Ini merupakan pertarungan tersengit yang pernah kita buat.
Berapa lama proses syuting film “The Raid 2: Berandal”?
Sangat lama, hingga memakan waktu 132 hari atau sekitar 6-7 bulan. Sedangkan untuk film pertama hanya syuting 72 hari, artinya 2 kali lipat lebih lama dari proses film pertama. Sebab durasi film ini memang satu jam lebih lama dibanding film pertama.
Selain itu, syutingnya banyak di luar ruangan. Kita syuting di Gombong, Cibubur, Bandung, Jakarta dan di tempat yang berbeda-beda. Sedangkan di film pertama, semua adegan dilakukan full indoor.
Sering membuat film bertemakan bela diri, apakah Anda bisa bela diri?
Tidak. Dulu memang saya pernah belajar pencak silat untuk film “Merantau” selama satu tahun. Karena kesibukan, sekarang ini saya tidak melanjutkannya lagi. Tapi, pada saat para pemain sedang membuat koreografi silat, kadang-kadang saya ikut latihan juga.
Bagaimana Anda melihat pencak silat?
Biasanya orang-orang yang belajar silat itu hanya diajarkan bagaimana memukul, mengunci, dan menendang. Tapi saya melihat silat itu untuk melindungi orang bukan untuk melukai.
Saya melihat pencak silat itu sebagai filsafat. Dulu, saya datang ke Indonesia untuk belajar pencak silat demi keperluan (film) dokumenter. Saya pergi ke beberapa tempat untuk belajar.
Salah satu tempat yang menarik perhatian saya adalah pencak silat dari Cimande. Selain itu, saya juga bertemu dengan orang Cianjur yang mempunyai yayasan rehabilitasi alkohol dan narkoba. Pengobatan yang dilakukan di yayasan itu selain dengan jamu dan pengobatan lainnya, juga menggunakan silat.
Saya tersentuh dengan orang (yayasan) ini lakukan. Tulus membantu orang-orang dalam keadaan di bawah pengaruh obat-obatan. Jika kita melihat orang seperti itu di jalanan, pasti kita akan mengabaikannya. Kalo yayasan ini, menganggap semua orang sama. Jika ada orang yang seperti itu akan di tampung dan diobati. Saya sangat tersentuh dengan hal itu.
Ketika saya melihat kegiatan silat yang ada di yayasan tersebut, ada sebuah tempat latihan seperti lapangan luas dan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok yang paling depan bisa dibilang orang-orang yang telah lama menjalani pengobatan. Kelompok yang di belakang adalah orang-orang yang baru masuk.
Perbedaan sangat terlihat. Di kelompok depan terlihat lebih baik dengan wajah yang lumayan cerah. Sedangkan untuk orang-orang yang baru masuk, terlihat muka yang pucat dan lingkaran di sekitar mata.
Siapakah tokoh favorit di Film “The Raid 2: Berandal”?
Alex Abbad, karena karakternya adalah karakter paling fun. Di film ini dia menjadi seorang gangster, tapi sebenarnya fisiknya nggak kuat. Dia sendiri harus menggunakan tongkat. Kekuatannya ada pada cara berbicara kepada orang lain.
Dia mampu meyakinkan orang untuk melakukan sesuatu demi dia (Alex) dan rela bergabung dengannya. Sewaktu kecil, dia bukanlah seorang gangster. Bapaknya hanya seorang penyapu jalan. Seiring berjalannya waktu, ia menjadi makin powerful dan kuat. Ya, karakter Alex ini yang paling menarik bagi saya.
Film Indonesia apa yang terakhir ditonton?
The Killers. Saya nonton di Sundance.
Apa film favorit Anda. Film Indonesia dan luar negeri?
Kalau film Indonesia saya suka “Pintu Terlarang” dari Joko Anwar, “Rumah Dara”, dan “The Killers”. Sedangkan film internasional saya suka “Region Ball”, “Emely”, “Fight Club”, dan film Jepang “Hanabi”.
Siapa aktor yang ingin Anda ajak kerja sama?
Iko Uwais, hahahaha ... Saya senang bekerja sama dengan Iko. Dia sudah saya anggap sebagai adik. Iko itu sangat mengerti saya dan saya pun mengerti dia.
0 comments:
Post a Comment