Presiden ke tiga republik Indonesia BJ Habibie memberikan komentarnya terkait misteri yang menyelimuti hilangnya pesawat Malaysia Airlines. Menurut ahli pesawat terbang tersebut, kemungkinan pesawat dengan nomor penerbangan MH370 itu meledak di angkasa.
Lulusan Universitas Teknologi Rhein Westfalen Aachen, Jerman itu menduga, pesawat Malaysia Airlines meledak di ketinggian 10 Km. Karena meledak di angkasa, kemungkinan sulit menemukan bangkai pesawat tersebut.
"Kalau pesawat, saya sudah bilang pendapat saya adalah pertama, saya yakin bahwa pesawat itu anda cari di mana enggak akan ditemukan karena pesawat terbang itu meledak berkeping-keping di atas ketinggian 10 km," ujar Habibie di Sari Pan Pacific, Jakarta, Kamis (20/3).
Pernyataan Habibie tersebut juga menjadi pemberitaan di Malaysia. Habibie pun segera dihujani kritik oleh publik di negeri jiran itu.
Semua teori yang dikemukakan mantan Menristek itu dinilai tidak masuk akal. Tak sedikit yang mencacinya karena dinilai tak kompeten sebagai pengamat penerbangan.
"LAGI tak masuk klu ada letupan semua barang akan terapung atas permukaan laut ...prof yg sudah nyanyok...," tulis komentar pembaca, Jerry Kam.
"Tak masuk akal, kalau kecemasan atau kemalangan kenapa melencong jauh sampai ke lautan hindi. Kenapa jalur penerbangannya amat teliti dari Igari ke destinasi seterusnya benar2 dekat border. Walaupun radar TUDM dapat kesan tapi tak boleh intercept dgn jet sebab pesawat itu berada di luar ruang udara Malaysia. Banyak lagi landasan kalau nak buat pendaratan kecemasan, tetapi pilot bersiar-siar ke lautan Hindi yg dah pasti tak ada apa di sana, kecuali Diego Garcia," tulis Khairul Nizam.
Benarkah Habibie tidak kompeten soal dunia penerbangan? Berikut prestasi-prestasi Habibie di dunia ristek dan penerbangan yang dihimpun dari berbagai sumber:
1.
Lulus dengan summa cum laude dari Jerman
Habibie pernah menimba ilmu teknik mesin di Institut Teknologi Bandung tahun 1954. Pada 1955-1965 dia melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di Universitas Teknologi Rhein Westfalen (RWTH) Aachen, Jerman.
RWTH Aachen adalah salah satu universitas yang mengembangkan teknologi ke depan dalam riset maupun aplikasi untuk dunia industri di Jerman. Di sana Habibie menerima gelar diplom ingenieur pada 1960 dan gelar doktor ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.
2.
Pernah jadi wapres perusahaan penerbangan di Jerman
Habibie juga pernah bekerja di Messerschmitt-B?lkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman. Habibie mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden bidang teknologi di perusahaan tersebut.
Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Suharto. Habibie kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998.
Sebelum menjabat sebagai Presiden (21 Mei 1998-20 Oktober 1999), BJ Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998-21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.
3.
Habibie bikin pesawat melebihi 20 kali kecepatan suara
Presiden ke tiga Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie menceritakan pengalamannya dalam industri penerbangan. Ketika masih kuliah di Jerman dan tengah menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat mendapat gelar doktor, Habibie diharuskan membuat pesawat yang kecepatannya 20 kali kecepatan suara.
"Waktu saya mau selesaikan S-3, saya merancang pesawat terbang yang terbangnya 20 kali kecepatan suara. Seperti apa pesawatnya saya tidak bisa membayangkan tapi harus dikembangkan, kalau tidak, ya tidak dapat S-3," kata Habibie di Jakarta, Kamis (26/9).
Sewaktu mengembangkan pesawat tersebut, Habibie bekerja di perusahaan kecil di Hamburg, Jerman. Singkat cerita, usai berhasil mengembangkan pesawat tersebut, Habibie langsung disuruh pulang ke Tanah Air. Dia diminta mengembangkan industri strategis di dalam negeri.
4.
Bikin pesawat R-80, Habibie yakin bikin surprise dunia
BJ Habibie duduk sebagai komisaris di PT Regio Aviasi Industri (RAI). di bawah PT RAI itu, Habibie sedang membangun pesawat yang dinamai R-80.
"Insya Allah R-80 tahun 2016 atau 2017 akan mengudara, dan dunia akan surprise," ungkap Habibie di Jakarta Teater, pada Kamis malam (27/9/2013) lalu.
Pesawat R-80 merupakan pengembangan dari pesawat N250 yang pernah dibuat BJ Habibie . Pesawat N250 merupakan pesawat yang dikendalikan secara elektronik atau dikenal dengan istilah fly by wire kedua, setelah pesawat keluaran Airbus yakni A-300.
"Pesawat terbang yang pernah dibuat manusia yang dikendalikan secara elektronik yang dikenal dengan fly by wire pertama kali adalah Airbus di Hamburg di mana saya kerja dulu. Di situ, saya pernah menjadi direktur dan executive vice president," kata mantan Presiden RI ketiga itu.
"Fly by wire pertama A-300, fly by wire kedua N250, dan ketiga triple seven (B-777). Dalam skala regional, N250 merupakan fly by wire pertama," jelasnya.
5.
Setumpuk penghargaan di dunia kedirgantaraan
Segudang penghargaan juga pernah diraih Habibie di bidang kedirgantaraan. Habibie adalah menerima Award von Karman (1992) di bidang kedirgantaraan boleh dibilang gengsinya hampir setara dengan Hadiah Nobel.
Dua tahun kemudian suami dari almarhumah Ainun ini juga menerima penghargaan yang tak kalah bergengsi, yakni Edward Warner Award. Habibie juga mendapat gelar Doktor Kehormatan (Doctor of Honoris Causa) dari berbagai Universitas terkemuka dunia, antara lain Cranfield Institute of Technology dan Chungbuk University.
0 comments:
Post a Comment