Tolak Dievakuasi, Warga Gunung Kelud Lebih Pilih Dibunuh
Written By Admin on Sunday, 16 February 2014 | 23:50
Kediri : Proses evakuasi warga saat Gunung Kelud meletus ternyata tak mudah. Selain dihujani kerikil dan debu tebal, jarak pandang minim di malam hari juga jadi kendala.
Informasi datang erupsi terbilang sangat cepat. Biasanya, dari status awas menuju erupsi bisa 3 hingga 4 hari. Tapi, Kelud ternyata spesial. Tak sampai 2 jam setelah status awas, Kelud 'muntah'. Kondisi ini yang membuat warga dan pemerintah setempat tak siap.
"Saya sudah diinfokan untuk siap-siap setelah ada status awas. Ternyata belum semuanya siap sudah meletus. Untung ada regu yang sudah berangkat," kata Komandam Regu Brimob Iptu Kristo Tamba di posko pengungsian Desa Tawang, Ngancar, Kediri, Jawa Timur, Minggu (16/2/2014).
Kristo menjelaskan, rencana awal tim akan mengevakuasi hewan ternak warga lebih dulu. Setelah itu, baru satu per satu warga dievakuasi. Tapi, rencana itu gagal karena erupsi begitu cepat datang.
"Kita sudah rencanakan itu, tapi gagal. Akhirnya hanya warga saja yang kita utamakan untuk dievakuasi," lanjutnya.
Karena itu pula, tak sedikit warga yang menolak untuk dievakuasi, meski hujan krikil dan abu sudah sampai di pemukiman tempat mereka tinggal. Berbagai alasan dilontarkan warga agar diizinkan untuk tidak mengungsi.
"Ada yang bilang, 'terserah Pak mau dibunuh juga saya nggak apa-apa, asal tetap di sini'. Kalau sudah begitu mau bilang apa kita. Ya sudah kita tinggal untuk cari yang lain," ungkap dia.
Kristo menjelaskan, evakuasi terus dilakukan sampai Jumat pagi. Petugas dari brimob Polda Jawa Timur saat ini terus berjaga-jaga karena status masih awas.
"Tim sekarang dibagi, ada yang di atas ada yang di bawah. Stand by saja takut kalau ada sesuatu nanti," tandas Kristo.
0 comments:
Post a Comment