5 Kisah pengabdian tanpa batas dokter Lo
Written By Admin on Saturday, 30 November 2013 | 20:41
Sosok Lo Siaw Ging patut dijadikan teladan bagi para dokter di Tanah Air. Dokter berusia 79 tahun itu mengabdikan hidupnya di dunia kesehatan dengan memberi pelayanan tanpa meminta imbalan. Kepada pasien tidak mampu Lo selalu memberi kemudahan.
Selain tak dikenakan biaya periksa, mereka juga diberikan obat secara cuma-cuma. Jika obat yang dibutuhkan tak tersedia, Lo memberikan resep untuk ditukarkan obat ke apotek terdekat. Lo membuka praktik di Jalan Yab Tjwan Bing No 7, Jagalan, Solo, setiap hari, pagi dan sore, kecuali Minggu.
Lo merasa panggilan hati untuk mengabdi ke masyarakat lebih kuat dibandingkan hanya mementingkan materi. Suami Maria Gan May Kwee mengaku bisa seperti sekarang ini karena teringat pesan dari sang ayah. Selain itu seorang dokter di Solo yang dikenal dengan nama dokter Oen, almarhum juga menginspirasinya buat hidup sederhana.
"Saya selalu ingat pesan beliau (ayah). Beliau bilang kalau saya ingin menjadi dokter, ya harus mau menolong sesama. Menolong orang yang tidak mampu, jangan mencari materi, jangan mencari keuntungan. Kalau mau kaya ya berdagang saja, jadi pengusaha saja, jangan jadi dokter," kisahnya.
Berikut kisah pengabdian tanpa batas dokter Lo:
1. Tak pernah minta uang muka ke pasien
Dokter Lo berpesan agar fungsi sosial ini selalu diterapkan oleh para dokter. Hal itu yang selalu dijalankan baik saat praktik di rumah, maupun di Rumah Sakit Kasih Ibu yang dipimpinnya. "Kami tidak pernah menerapkan adanya uang muka saat pasien mau masuk. Coba bayangkan kalau ada pasien kecelakaan yang perlu mendapatkan pertolongan secepatnya, bisa-bisa nyawanya tidak tertolong.
Padahal yang membawa ke rumah sakit kan polisi, masa mereka yang mau bayar," ungkapnya. Selama menjadi Direktur dari tahun 1981 hingga tahun 2004 di RS di Kasih Ibu, Lo tak pernah membuat peraturan yang memberatkan pasien.
Hal tersebut hingga saat ini masih dipertahankan di rumah sakit yang berada di Jalan Slamet Riyadi tersebut. Untuk dokter sekarang, Lo yakin mereka juga mempunyai fungsi sosial. Lo juga memaklumi jika banyak dokter di zaman sekarang lebih mementingkan materi. Namun dirinya berpesan agar tetap tidak melupakan fungsi sosial.
2. Tak bedakan pasien miskin dan kaya
Selain tidak pernah memasang tarif, yang istimewa dari dokter Lo adalah tak pernah membedakan pasien kaya dan miskin. Dari kalangan manapun, pasien akan mendapatkan pelayanan yang sama, tak ada yang diistimewakan. Di mata pasien tidak mampu, dokter Lo memang bagaikan malaikat penolong.
Meski sering bersikap galak, dokter Lo tetap dicintai pasien dan warga Solo. Ia menjadi rujukan berobat terutama bagi mereka yang tidak mampu. Namun dokter lulusan Universitas Airlangga Surabaya ini merasa apa yang ia lakukan bukan sesuatu yang luar biasa dan tidak perlu dibesar-besarkan. "Ini sudah tugas saya sebagai seorang dokter, jangan dibesar-besarkan.
Dokter lain juga bisa melakukan seperti yang saya lakukan, menolong pasien, siapapun dan dari kalangan manapun," katanya. Bayar resep pasien
3. Bayar resep pasien
Tugas dokter Lo belum selesai sampai memberikan pelayanan kesehatan gratis. Kadang kala ada pasien tidak mampu, biaya menebus obat di apotek ditanggung olehnya. "Di sini banyak pasien yang tidak mampu.
Saya berikan resep, nanti tagihan dari apotek masuk ke saya. Setiap bulan tagihan dari apotek kadang mencapai Rp 10 juta," katanya. Menurut Lo, jika dia tak memiliki obat yang dibutuhkan, pasien akan diberikan resep untuk ditukarkan ke apotek terdekat.
Meski kena biaya, Lo, bersyukur masih ada pihak-pihak yang membantu. "Tetapi syukur ada beberapa donatur yang membantu saya," katanya.
4. Marah kalau pasien tanya tarif
Lo Siaw Ging atau dikenal dengan panggilan dokter Lo terkenal galak di mata pasien. Tak hanya di rumah tempat dia membuka praktik, namun juga di di rumah sakit tempatnya bekerja, RS Kasih Ibu, Solo. Kemarahan Lo tentu bukanlah untuk menakut-nakuti pasien, agar tidak lagi berobat ke tempatnya.
Namun agar pasien disiplin dalam menjaga kesehatan agar tidak terkena penyakit lagi. Bahkan Lo sangat kesat jika pasien datang dalam kondisi yang sudah terlambat, dan Atau menganggap enteng penyakit. Hal lain yang kadang membuat Lo marah adalah saat pasien menanyakan ongkos periksa padahal pasien itu tidak punya uang.
"Saya itu sebenarnya bisa melihat, mana pasien saya yang mampu bayar, mana yang tidak. Atau mana yang tidak mampu sama sekali. Saya kadang memang marah, kalau mereka menanyakan ongkos periksanya berapa, padahal sudah kelihatan mereka tidak mampu. Saya akan membebaskan biaya periksa, bahkan pasien yang tidak mampu resep obatnya akan saya berikan. Nanti rumah sakit atau apotek biar menagih ke sini," ujar Lo
5. Tidak pernah meminta bayaran
Lo Siaw Ging atau lebih akrab disapa dokter Lo tidak pernah pasang tarif pada pasiennya.
Bahkan dari 60 persen pasiennya tidak membayar biaya periksa. Lo memilih mengabdikan hidup dan profesinya untuk masyarakat. "Dulu pasien saya lebih dari 100. Sekarang setiap hari pasien saya itu ada sekitar 60 orang. Ada yang bayar, ada yang tidak. Saya tidak pernah meminta bayaran atau pasang tarif.
Mau bayar silakan, mau tidak juga tidak masalah. Yang penting saya bisa melayani mereka," ujar dokter Lo.
Menurut Lo, panggilan hati untuk mengabdi ke masyarakat lebih kuat dibandingkan hanya mementingkan materi. "Saya akan terus mengabdikan diri saya, sebagai dokter selagi saya mampu. Seperti tentara, selama saya masih dibutuhkan," pungkasnya.
0 comments:
Post a Comment