Home » » Jadi Korban Kekerasan Seksual di Sekolah, Bocah 5 Tahun Kena Herpes

Jadi Korban Kekerasan Seksual di Sekolah, Bocah 5 Tahun Kena Herpes

Written By Admin on Monday, 14 April 2014 | 21:56


Seorang anak laki-laki berumur lima tahun yang menjadi korban kekerasan seksual di toilet sekolahnya, yang merupakan sekolah standar internasional di Jakarta Selatan, kini menderita penyakit kelamin.

Hal itu diutarakan oleh T, ibunda korban pada wartawan, di Jakarta, Senin (14/4/2014).

"Setelah kejadian, diperiksakan ke dokter. Dan anak saya ternyata terkena herpes. Awalnya dia sempat demam tinggi pada pertengahan Maret, dan dokter memvonisnya terkena penyakit kelamin," ujar T.

Pada T, sang dokter tersebut mengatakan anaknya tidak mungkin begitu saja menderita Herpes, melainkan pasti ada pemicunya.

Lebih lanjut T menjelaskan tindak pelecehan seksual yang menimpa anaknya itu diperkirakan terjadi pada Februari hingga Maret.

Pasalnya dalam kurun waktu itu, sang anak mulai berperilaku aneh, seperti korban kerap mengompol, berteriak serta mengigau ketika tidur.

Sampai pada Maret, sang anak mengalami perubahan sikap yang signifikan, yaitu tidak mau tidur sendirian, dan selalu marah.

"Puncaknya anak saya tidak mau sekolah. Pada 20 Maret 2014, saya menemukan ada memar bulat di perut sebelah kanan bekas pukulan gagang sapu. Tapi awalnya anak saya bilang hanya terbentur. Lalu 21 Maret 2014, dia mengaku," ujar T.

Pada T, anaknya bercerita kerap dipukuli sebelum dilecehkan di toilet. Dan anaknya mengaku dipaksa oleh seorang wanita dan seorang pria.

"Anak saya disuruh diam selama pelecehan seksual di kamar mandi. Pas ditanya oleh psikolog, anak saya mengaku pelakunya memakai baju biru," kata T.

Dan di sekolah tersebut, yang memakai baju biru hanya cleaning service dan tukang kebun. Usai melaporkan kejadian itu ke polisi pada 24 Maret 2014, pelaku bernama Agus dan Afriska berhasil ditangkap.

Awalnya mereka tidak mengaku, tapi beberapa hari kemudian Agus mengakui perbuatannya dan meminta Firjiawan untuk ditangkap juga karena melakukan hal yang sama.

Pelaku Afriska (wanita) tidak mengakui perbuatannya dan akhirnya dibebaskan karena tidak cukup bukti. Lalu penyidik melakukan pengembangan dan menangkap dua pelaku lainnya yaitu Zainal dan Anwar.

"Anak saya digilir, dan anak saya bilang masih ada pelaku lainnya," kata T.

1 comments:

  1. Kasus JIS ini heboh di media massa tapi fokusnya tidak tepat sasaran: penyimpangan seks (sodomi). Malah di Metro TV semalam ada penelpon yg berapi2 bilang bahwa pelaku sodomi gak boleh dibiarkan hidup di muka bumi ini. Sebelumnya, sebagai gay, saya mau menyatakan saya MENGECAM perbuatan pelaku. Dan setuju dia dihukum seberat2nya!!!

    Fokus masalah ini BUKAN GAY, melainkan PEDOFILIA. Pedofilia tidak harus gay. Klao masyarakat tidak menderita hilang ingatan, mereka akan ingat berbagai kasus di mana pria dewasa memerkosa perempuan bawah umur! Ada yg dibunuh, ada yg vaginanya rusak, dll. Tapi saya tidak mendengar orang menghujat bahwa pelaku vaginal sex harus dihukum mati!!! Kini mendadak muncul kasus JIS, dan orang ramai2 menghujat pelaku sodomi untuk dihukum mati??? Gak salah tuh?

    Kalo mau adil, kasus pedofil HETEROSEKS malah LEBIH BANYAK! Pedofil gay bisa dihitung dengan jari.... Berdasarkan fakta itu, saya bisa kan menghujat vaginal sex sebagai penyimpangan seks??? Krn jelas kasusnya lbh banyak.

    Jadi harap masyarakat lebih ADIL dalam menghakimi! Buka mata dan buka telinga. Jangan hanya mengganyang kaum gay saja....

    ReplyDelete