Home » » Bocah Penyemir Pengidap Kangker Sering Diejek Tetangga

Bocah Penyemir Pengidap Kangker Sering Diejek Tetangga

Written By Admin on Sunday, 13 April 2014 | 21:28


MEDAN - Hidup Muhammad Yusuf Ramadhan (8), bocah penyemir sepatu yang menderita kanker getah bening sejak berusia dua tahun, tentunya tidaklah mudah.

Selain harus merasakan sakitnya digerogoti kangker, siswa kelas I di SD Alwasliyah Kampung Baru Medan itu, sering kali menjadi bahan olok-olokan dari para tetangganya di Kampung Orbut, Jalan Melati, Kelurahan Sari Rejo , Kecamatan Medan Polonia.

Setiap diolok-olok, anak dari pasangan almarhum Aftin (43) dan Darnuis Sridawati (37) itu, hanya bisa menangis. Jeritan batinnya menempa Yusuf menjadi bocah yang kuat dan tetap punya semangat untuk tumbuh dan terus bekerja.

"Dia sering diejek si leher busuk. Kalau sudah diejek begitu biasannya pulang ke rumah sambil menangis, tapi enggak lama. Setelah bercanda sama kakaknya biasanya dia tegar kembali. Aku yang enggak tahan, sedih kali rasanya. Melihat kuatnya dia, terpaksa kusimpan dalam hati,” kata Darnius Sridawati, Ibu Yusuf kepada Okezone.

Darnius bercerita kesedihannya selalu memuncak, ketika Yusuf menanyakan kapan ia bisa sembuh.

“Kalau habis nangis karena diolok-olok itu, dia sering kali bertanya. Mak, kapan aku sembuh?, begitu. Tapi apalah yang bisa kujawab. Kuminta saja dia rajin-rajin berdoa. Sebenarnya aku sudah enggak kuat, tapi enggak tahu mau mengadu pada siapa. Saudara kami enggak punya,” keluh Darnius.

Darnius sendiri pernah berupaya membawa Yusuf ke Dokter, namun karena hanya mengandalkan hasil pekerjaan sebagai pemulung dan bekerja serabutan, pengobatan Yusuf harus terhenti karena terkendala biaya.

“Pertama kali ketahuan kena kanker itu waktu dia umur dua tahun. Awalnya cuma batuk saja, tapi kemudian ada benjolan di lehernya. Dulu pernah dibawa ke dokter, itu pun dibantu orang yang kasihan sama kami, tapi enggak lama. Belakangan enggak pernah ke dokter lagi karena enggak ada biaya. Buat makan sehari-hari saja susah,” ungkapnya.

Selain tak mampu memberikan pengobatan, Darnius juga mengaku kemiskinan mereka membuat Yusuf juga tak bisa tinggal di tempat layak. Kondisi tempat tinggal itu pula yang disinyalir membuat penyakit Yusuf semakin parah.


“Di gubuk ini lah kami tinggal. Cuma ukuran 3x4, satu ruangan tanpa sekat. Di situ lah tidur, makan, dapur, dan simpan barang-barang hasil memulung. Sudah 8 tahun kami di sini. Sebulannya kami harus membayar Rp200 ribu, cuma itu lah mampunya kami. Itu pun aku dibantu Yusuf dan kakaknya Chaidir Ali (12), yang dapat uang dari nyemir sepatu. Tapi yang penting buatku, biarpun hidup kami pahit, anak-anak ku bisa tetap sekolah. Supaya hidup mereka bisa berubah,” tegasnya.

1 comments:

  1. Haduh, miris banget membaca berita ini. Semoga Yusuf tetap tabah dan penyakitnya bisa sembuh.

    Yang mengejek Yusuf mungkin sesama anak kecil. Miris saja sih. Orang sering bilang anak kecil itu polos dan tak berdosa. Sesungguhnya anak kecil justru bisa lebih gak berhati saat melihat teman mereka yg berbeda. Yang kuat menjahati yg lemah. Praktek bully harus berhenti! Orangtua harus turun tangan mendidik anak2nya. Kalo kecil sudah kurang ajar, sudah besar mau jadi apa? Masa teman/tetangga kena kanker trus dihina? Busyet... Di mana hati nuraninya???

    ReplyDelete