Penaikan royalti batubara ancam keberlangsungan industri
Written By Admin on Monday, 24 March 2014 | 11:24
Rencana penaikan royalti batubara dari 3 persen hingga 7 persen menjadi 10 persen hingga 13,5 persen yang diberlakukan pemerintah mendapat tentangan dari kelompok pengusaha. Mereka meminta pemerintah untuk tidak menunda dulu pemberlakuan rencana tersebut.
Direktur PT Toba Bara Sejahtera Tbk Pandu Sjahrir, mengatakan penaikan royalti saat ini belum tepat lantaran harga batubara di pasar global sangat rendah. Jika dipaksakan, bukan hanya industri kecil, industri besar pun dapat terancam mati.
"Kalau harga batubaranya sampai USD 60 per ton, jangankan perusahaan kecil, kami saja pasti bakal tutup," ujar Pandu di Jakarta, Minggu (23/3).
Pandu mengatakan sebenarnya pengusaha dapat mengerti keinginan pemerintah untuk memperoleh nilai tambah dari industri batubara. Tetapi, hal itu tidak mungkin terjadi di tengah situasi pasar yang masih bergejolak.
"Industri ok, naikin (royalti) tapi ketika di harga yang stabil dong," kata dia.
Selanjutnya, Pandu berharap pemerintah dapat mengerti kondisi ini. Jika dipaksakan, bukan tidak mungkin hal itu dapat memicu terjadinya PHK besar-besaran.
"Harga batubara sekarang kan antara USD 75-76 atau turun sekitar 16 persen dari awal tahun. Artinya makin banyak orang atau perusahaan yang sedang melakukan cut cost (pemotongan anggaran). Nah, kalau sudah tidak bisa secara tambanga yang dilakukan, ya, manusia. Tentunya kami ingin menghindari hal ini, ungkap Pandu.
Lebih lanjut, Pandu berharap pemerintah bersedia membuat forum untuk membicarakan rencana tersebut dengan para pengusaha. "Kami sebagai industri minta dilibatkan dalam mencari solusi yang tepat, kalau memang royalti harus dinaikkan," pungkas dia.
0 comments:
Post a Comment