Pengakuan Mutia yang Melahirkan di Atas Jembatan Penyeberangan
Written By Admin on Monday 6 January 2014 | 16:25
Jakarta : Di atas tempat tidur sederhana Ruang Seruni Puskesmas Matraman, Mutia Rahmawati (33) sedang menyusui putrinya. Bayi mungil itu belum 24 jam menghirup udara segar dunia -- ia menatap dunia untuk kali pertamanya di Halte Kebon Pala, Jatinegara, Jakarta Timur.
Mutia baru saja datang dari Agro Wilis, Kediri ke Jakarta dengan menumpangi bus Handoyo ke Terminal Pulogadung pada Minggu, 5 Januari 2014. Kedatangannya ke Jakarta untuk menegok sang ayah di kawasan Tambun, Bekasi, Jawa Barat. Sudah lama mereka tak bersua.
Akhirnya, setelah suaminya, Muhammad Abi Rivai meninggal seminggu lalu, Mutia memutuskan untuk berkunjung ke rumah sang ayah.
"Sampai di sana, lurahnya bilang ayah saya sudah meninggal 2 bulan lalu karena jantung. Nggak ada yang kasih tahu saya. Ayah saya dikubur di TPU Karet," katanya saat ditemui di Puskesmas Kecamatan Matraman, Senin (6/1/2014).
Lalu, bersama ketiga anaknya, Rafli (7), Jibran (4), Syifa (2), Mutia memutuskan untuk menuju Puri Kembangan, Jakarta Barat dengan uang seadanya. Wanita yang mengaku sebagai terapis kampung halamannya itu ingin membeli beberapa ramuan herbal di kawasan Puri.
Namun, baru sampai di Jatinegara, Mutia sudah tak kuat. Perut keroncongan karena belum makan sejak pagi membuatnya memutuskan untuk makan sate padang yang dijual di sekitar JPO Halte Kebon Pala.
Usai makan, wanita asli Bali itu menyempatkan diri untuk salat Magrib di JPO. Namun, tak disangka perutnya tiba-tiba saja mulas. Awalnya, Mutia mengira karena kekenyangan sehabis makan sate padang. Tapi, anggapan itu sirna saat air ketubannya pecah.
"Saya kaget karena terakhir diperiksa usia kandungannya masih enam bulan," singkatnya sambil terus menyusui putri barunya itu.
Tanpa pikir panjang, Mutia memutuskan untuk berjuang sendiri melahirkan anak keempatnya itu. Tak sampai setengah jam, bayi perempuan mungil itu pun lahir. Tangisan bayi mulai terdengar di sekitar JPO.
Dirinya yang lemas sehabis melahirkan, hanya bisa bersandar di besi pembatas JPO. Warga sekitar seperti tukang ojek, pedagang, dan petugas keamanan yang berada di sekitar JPO pun langsung datang dan menghampiri Mutia dan ketiga anaknya. Kemudian, sekitar pukul 23.30 WIB, warga membawa Mutia ke Puskesmas Kecamatan Matraman untuk mendapatkan pertolongan dan perawatan.
"Sudah banyak darah, anak sudah saya gendong. Terus saya dibawa ke sini," ujarnya.
Saat ini, bayi seberat 2,7 kg dengan panjang 48 cm itu dalam keadaan sehat. Sementara, Mutia masih mendapat perawatan karena kondisinya belum stabil.
Mutia mengaku hanya ingin cepat pulang ke kampung halamannya. Dia juga bingung karena tak punya biaya lagi untuk pulang kampung dan berobat. "Saya nggak punya uang untuk berobat, Saya di rumah saja, kan bayinya sudah lahir. Cuma ingin istirahat di losmen, atau panti. Kalau sudah baikan baru bisa ngobatin pasien lagi," tandasnya.
0 comments:
Post a Comment